
Melahirkan di Usia 35 Minggu, Amankah?
Proses kehamilan secara sempurna terjadi dalam rentang waktu 37-40 minggu. Hal tersebut karena pada usia 37 minggu, semua organ telah terbentuk dan mencapai kematangan sempurna di usia 40 minggu. Akan tetapi, sebagian ibu hamil bisa melahirkan lebih awal dari 37 minggu, misalnya di usia kehamilan 35 minggu. Sebenarnya, amankah melahirkan di usia 35 minggu?
Amankah melahirkan di usia 35 minggu menjadi pertanyaan banyak perempuan. Pasalnya, beberapa ibu hamil memang harus melahirkan lebih awal karena terjadi komplikasi dalam kehamilan. Adanya indikasi medis memang merupakan pengecualian yang tidak bisa dibantah.
Akan tetapi, yang mulai terjadi belakangan ini adalah persalinan preterm yang sengaja dilakukan tanpa indikasi medis. Beberapa orang ingin melahirkan pada tanggal tertentu sehingga bersedia dilakukan berbagai tindakan seperti induksi dan operasi. Persalinan di usia kehamilan mendekati 37 minggu adalah peristiwa yang cukup sering terjadi.
Amankah melahirkan di usia 35 minggu? Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi baik pada pihak ibu maupun janin? Berikut adalah penjelasannya.
Amankah melahirkan di usia 35 minggu bagi ibu

Amankah melahirkan di usia 35 minggu bagi ibu hamil? Melahirkan di usia 35 minggu dikenal dengan istilah persalinan preterm. Mungkin Anda berpikir bahwa persalinan preterm hanya berdampak buruk bagi janin, namun tidak dengan ibu.
Nyatanya, persalinan preterm juga memiliki dampak buruk bagi ibu. Pertama, ibu yang melahirkan kurang dari usia kehamilan 37 minggu lebih berisiko mengalami perdarahan. Perdarahan pasca persalinan sendiri merupakan penyebab kematian tertinggi dalam persalinan.
Kedua, terdapat penelitian yang mengatakan para ibu yang melahirkan bayi prematur lebih rentan mengalami depresi post partum dan sindroma baby blues. Hal tersebut karena kurangnya durasi menjalani perawatan prenatal yang baik dan jalinan ikatan dengan janin selama dalam kandungan.
Depresi post partum dan sindroma baby blues tersebut dapat berlangsung untuk waktu yang bervariasi. Beberapa dapat pulih dalam hitungan hari, namun beberapa bisa berlangsung hingga berbulan-bulan. Perasaan depresi tentu membutuhkan pendampingan yang intensif agar tak mengganggu hubungan ibu dan anak di masa depan.
Jadi, amankah melahirkan di usia 35 minggu? Tentu tidak. Sebenarnya, melahirkan lebih awal merupakan hal yang dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko berikut:
- Hindari konsumsi rokok dan penyalahgunaan narkoba.
- Batasi jarak antar kehamilan tidak kurang dari 18 bulan.
- Cegah komplikasi kehamilan seperti eklampsia dengan melakukan perawatan prenatal secara rutin.
- Konsumsi makanan bergizi seimbang selama kehamilan.
Selain hal di atas, memang ada beberapa faktor risiko yang tak dapat dihindari, seperti kehamilan kembar dan riwayat persalinan preterm sebelumnya. Akan tetapi, sebagai ibu hamil, tetaplah lakukan berbagai upaya untuk mencegah faktor risiko yang masih dapat dimodifikasi tersebut.
Amankah melahirkan di usia 35 minggu bagi bayi

Setelah mengetahui dampaknya pada ibu, lalu amankah melahirkan di usia 35 minggu bagi bayi? Jawabannya tentu sama saja, yaitu tidak. Bayi yang lahir prematur lebih berisiko mengalami kelainan berikut:
1. Masalah pernapasan
Bayi prematur rentan mengalami distress napas, yaitu kelainan HMD (Hyaline Membrane Disease) sesaat setelah lahir. Kondisi tersebut disebabkan paru yang tak mampu mengembang karena kurangnya zat surfaktan. Paru adalah organ terakhir yang mengalami pematangan sehingga yang paling rentan terdampak pada persalinan preterm.
2. Masalah pencernaan
Masalah pencernaan biasanya tidak muncul sesaat setelah lahir, melainkan baru disadari beberapa hari hingga bulan setelahnya. Kelainan di saluran pencernaan bisa berupa hirschprung disease dan NEC (Necrotizing Enterocolitis). NEC sendiri merupakan keadaan di mana usus mengalami kematian dan merupakan kondisi yang mengancam nyawa bayi.
3. Masalah jantung
Jantung yang belum matang sempurna bisa menyisakan beberapa struktur yang belum terbentuk sempurna. Misalnya katub yang belum terbentuk sehingga aliran darah antar ruang jantung bercampur. Kelainan ini sering disebut sebagai jantung bocor.
Kelainan katub yang terjadi bisa berupa ASD, VSD, TOF, dan sebagainya. Beberapa penyakit jantung bawaan dalam derajat ringan bisa sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, beberapa akan berkembang dan membutuhkan perawatan intensif dalam jangka waktu lama, bahkan hingga dewasa.
4. Masalah perkembangan otak
Tahukah Anda bahwa selisih waktu persalinan seminggu saja sudah memiliki perbedaan IQ yang cukup besar? Apabila ingin bayi Anda memiliki IQ yang tinggi, usahakan sebisa mungkin untuk tidak melahirkan sebelum waktunya. Melahirkan ketika perkembangan saraf telah sempurna akan berdampak besar pada kecerdasan anak di masa depan.

Tak hanya itu, bayi prematur lebih berisiko mengalami cerebral palsy. Cerebral palsy adalah kelainan saraf yang mengakibatkan perkembangan anak terhambat. Misalnya ketidakmampuan untuk berdiri, berjalan, bicara, dan berpikir sesuai anak seusianya.
Beberapa kelainan di atas dan kelainan genetik lain memang dapat dideteksi sejak dalam kandungan melalui pemeriksaan NIPT Test. Akan tetapi, beberapa baru dapat diperiksa sesaat setelah lahir. Oleh karena itu, sangat penting melahirkan di tenaga yang bisa dipercaya.
BACA JUGA: NIPT Test, Metode untuk Cek Kondisi Janin Sejak Dini
Jadi, amankah melahirkan di usia 35 minggu? Hal itu memang tidak disarankan kecuali Anda mengalami komplikasi yang mengharuskan bayi segera dilahirkan. Apabila Anda terpaksa melahirkan kurang dari usia kehamilan 37 minggu, lakukanlah persalinan di dokter kandungan. Setelah itu, segera percayakan bayi Anda di tangan dokter anak untuk dilakukan berbagai pemeriksaan lanjutan.
Sumber:
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5073632/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/premature-birth/symptoms-causes/syc-20376730
- https://www.cdc.gov/reproductivehealth/features/premature-birth/index.html#:~:text=Some%20risk%20factors%20for%20preterm,has%20to%20be%20delivered%20early.
Seorang dokter umum lulusan tahun 2021 yang menggeluti dunia kepenulisan sejak kecil. Sejak 2017 menulis beragam artikel dan telah menerbitkan beberapa jurnal di bidang kesehatan. Memiliki misi untuk meningkatkan wawasan kesehatan melalui informasi yang tepat dan berkualitas.